Lembaga Pers Mahasiswa
Al-Mizan
Masa Bhakti 2014
Visi :
“Meningkatkan
militansi serta kapasitas kader menuju LPM yang profesional”
Misi :
·
Menumbuhkan jiwa
kekeluargaan pada setiap diri anggota
·
Mengoptimalkan
diskusi rutinan guna memperluas wawasan anggota
·
Menjaga
keharmonisan hubungan anggota sebagai insan pers yang tidak mengedepankan
ideologi masing-masing
·
Menjalin
hubungan baik dengan LPM dan organisasi lain.
·
Memastikan
setiap anggota dapat menjalankan amanahnya dengan baik
Sejarah Lembaga Pers
Mahasiswa (LPM) Al-Mizan STAIN Pekalongan
Lembaga pers mahasiswa (LPM)
Al-Mizan merupakan satu-satunya lembaga pers mahasiswa yang ada di STAIN
Pekalongan semenjak berdirinya STAIN Pekalongan pada 1997 (dulu Fak. Syariah
IAIN walisongo Semarang). Surat keputusan pendirian Al-Mizan dikeluarkan oleh
ketua STAIN Pekalongan dengan nomor SK: ST/23/K-0/pp.009/333/1997.
Semenjak berdirinya (1997), Al-Mizan
sempat vacum sampai hampir 3 tahun. Lahirnya kembali (reborn) Al-Mizan
dilatarbelakangi oleh sebuah keprihatinan dan keinginan agar dunia jurnalistik
(tulis manulis) dapat dibudayakan di STAIN Pekalongan pada khususnya. Maka pada
tahun 2000, para senior Al-mizan mengumpulkan beberapa mahasiswa baru untuk
diberi amanah meneruskan perjuangan dan mengibarkan bendera kebesaran Al-mizan
kembali. Muhammad Nizam Baequni terpilih sebagai ketua atau pemimpin umum
sekaligus pemimpin redaksi pertama setelah reborn.
Menejerial dan kebijakan-kebijakan
redaksi menjadi bidikan utama dari kepemimpinannya. Hal ini dapat dimaklumi
karena orang-orang yang duduk dalam struktur kepengurusan Al-mizan adalah
orang-orang baru yang belum begitu banyak mengenal dunia kejurnalistikan,
sehingga perlu penataan manajerial.
Sampai pada bulan Mei 2000,
diadakanlah pendidikan dan pelatihan (Diklat) Jurnalistik yang dimotori oleh
Al-mizan dengan seluruh fasilitas dari STAIN Pekalongan. Diklat yang diadakan
selama 4 hari ini menghadirkan instruktur dari tim Suara merdeka, Jawa Pos,
Aliansi Junalistik Independen semarang, dan beberapa praktisi jurnalistik lokal,
dengan diikuti oleh 30 peserta.
Pada akhir Diklat, seluruh peserta
langsung dibawa ke kantor redaksi suara merdeka di Semarang dan langsung
melihat dengan jelas bagaimana alur berita itu masuk, kemudian diedit dan masuk
cetak. Disamping ke Suara Merdeka, para peserta juga mengunjungi kantor redaksi
TVRI Semarang.
Dengan berbekal pengetahuan selama
Diklat itulah, para awak Al-Mizan kemudian bekerja ekstra keras untuk
menerbitkan majalah yang dulu pernah terbit sebanyak 3 edisi. Al-mizan kemudian
mengajukan permohonan untuk diberi tempat sekretariat, yang kemudian oleh pihak
rektorat diberi lokal di bawah anak tangga di gedung C. Sehingga pada saat itu
muncul anekdot bahwa anak-anak Al-mizan adalah anak gelandangan, karena
tidurnya di bawah jembatan anak tangga. Perlengkapan kantor pun sedikit demi
sedikit mulai dilengkapi, mulai dari meja, karpet, almari, sampai perangkat
komputer yang dibeli dengan uang saku para peserta Diklat yang diadakan oleh
Al-Mizan tersebut.
Pada masa kepemimpinannya ada
sedikit gejolak dengan beberapa mahasiswa berkenaan dengan dana iuran Al-Mizan
yang dipungut dari mahasiswa. Demo penentangan itu berlangsung agak anarkis,
karena para demonstran (yang rata-rata mahasiswa baru) sempat menyegel dan
mencoret-coret kantor Al-Mizan. Hingga Al-Mizan perlu mengeluarkan semacam
Pledoi, yang kemudian dimuat di majalah Al-Mizan edisi 7/Mei/2002 halaman 5.
yang intinya penarikan dana Al-Mizan itu sudah sesuai dengan prosedur dan tidak
menyalahi aturan yang ada sebagaimana tuntutan para demonstran yang menganggap
bahwa penarikan dana Al-Mizan untuk penerbitan itu ilegal.
Setelah periode kepemimpinan Nizam
Baequni berakhir, Al-Mizan kemudian mengadakan Mubes (Musyawarah Besar) yang
mengagendakan laporan pertanggungjawaban pengurus Al-Mizan periode 2001/2002
dan kemudian memilih kepengurusan periode selanjutnya.
Dalam Mubes Al-Mizan tersebut
terpilih Muhammad Firdaus sebagai Pemimpin Umum. Dalam kepemimpinannya, ia
memberikan skala prioritas untuk peningkatan kualitas majalah dan perekrutan
anggota baru. Disadari dengan penuh, bahwa perlu ada pengkaderan bagi
calon-calon anggota sehingga mereka mempunyai sedikit bekal untuk terjun ke
dunia jurnalistik. Penataan administrasi juga menjadi bagian dari prioritas
kepemimpinannya.
Para anggota baru yang sudah
direkrut langsung diberi semacam pendalaman materi secara rutin setiap
minggunya, diantaranya; keorganisasian dan manajemen redaksional diisi oleh
Nizam Baequni, teknik menulis oleh Firdaus, Nailil, Ratna, Wiwik dan Mumtazah,
setting dan lay out serta komputer oleh Agus dan Sarwani.
Periode firdaus berakhir pada tahun
2003 yang kemudian dalam Mubes Al-Mizan terpilih Agus Widodo sebagai Pemimpin
Umum dan Khaerul Hakim sebagai Pemimpin Redaksi.
Dalam kepemimpinannya, Agus Widodo memberikan stressing point pada penataan administratif organisasi, kebijakan redaksional berkaitan dengan penempatan rubrik dan pengembangan terbitan Al-Mizan.
Dalam kepemimpinannya, Agus Widodo memberikan stressing point pada penataan administratif organisasi, kebijakan redaksional berkaitan dengan penempatan rubrik dan pengembangan terbitan Al-Mizan.
Dalam rangka pengembangan penerbitan
inilah, Al-Mizan kemudian menerbitkan bulletin pemilu raya (rekaman peristiwa
dan berita seputar pemilu pemilihan presiden BEM STAIN Pekalongan) dan bulletin
Suara Mahasiswa, yang memuat perkembangan wacana dan berita yang terjadi di
Kampus STAIN Pekalongan.
Pada masa kepemimpinan Agus Widodo
ini, gejolak penentangan terhadap penarikan dana Al-Mizan kembali menyeruak,
hingga sempat akan ada demo besar-besaran menentang Al-Mizan. Tetapi setelah
diadakan lobi kepada kelompok mahasiswa yang akan mendemo, akhirnya demo
tersebut tidak sempat terjadi, dan yang terjadi justru dialog terbuka antara
Al-Mizan dengan para demonstran dengan mediator Ketua STAIN Pekalongan.
Tongkat estafet kepemimpinan Al-Mizan setelah akhir periode Agus Widodo dilanjutkan oleh Khaerul Khakim yang terpilih lewat Mubes Al-Mizan pada bulan Juni 2004.
Tongkat estafet kepemimpinan Al-Mizan setelah akhir periode Agus Widodo dilanjutkan oleh Khaerul Khakim yang terpilih lewat Mubes Al-Mizan pada bulan Juni 2004.
Selanjutnya setelah periode Khaerul
Khakim berakhir dilanjutkan oleh Ahmad Yusuf (2005/2006), Ahmad Masroni pada
tahun (2006/2007) dan karena terjadi krisis anggota maka pada periode 2007/2008
terpilih kembali Ahmad Masroni sebagai Pemimpin Umum dan Fiki Porniadi sebagai Pemimpin
Redaksi. dan pada periode selanjutnya (2008/2009) terpilih Fiki Porniadi
sebagai Pemimpin Umum dan M. Afdul Fitri sebagai pemimpin redaksi.